Thursday, May 31, 2007

Pot Bunga di Depan Gubuk

Jamal kali kedua, pulang muntaber, alias gak dapet berita. Memalukan! Dua kali jamal, dua kali muntaber. Tapi bersyukur hari ini aku bisa belajar tentang kehidupan lagi. Proyeksi liputan, personalisasi warga miskin di jakarta pada malam hari, diangkat ironinya tapi tetep ceria. Muter-muter jakarta nyari orang miskin, ternyata banyak! Tapi orang miskin yang bekerja keras untuk bertahan hidup,bukan mengemis, namun yang tetap ceria itu sulit. Akhirnya ketemu juga gubuk di pinggir rel kereta api Manggarai, gubuk yang kecil mungil. Di depan gubuk ada pot-pot dari ember bekas yang ditanami bunga. Ada juga ember terbalik dengan lampu, yang kelihatannya dipakai buat menanam ari-ari, sepertinya mereka baru memeiliki bayi. Sayang waktu sudah larut, sudah berkali mengetuk pintu tidak juga dibuka. Mungkin mereka telah capek bekerja seharian, sehingga tidak mendengar suara ketukan. Atau mungkin pula mereka takut untuk membuka pintu, takut bertemu penjahat yang memang banyak di jakarta atau satpol pp yang memang sering merazia mereka. Jadi, aku tidak bisa bertemu mereka, sayang sekali...
Tetap ceria hidup dalam ironi. Itulah yang ada di benakku tentang keluarga penghuni gubuk ini. Masih sempat menanam bunga di depan gubuk seperti itu. Halaman kontrakanku saja, yang jauh lebih luas, terbengkalai, tak ada tanaman selain rumput liar. Tak ada bunga hanya ada sampah yang kadang malas kubuang ke tempat sampah.

Wednesday, May 30, 2007

Pak Tua Itu

Hati perih teriris melihat pria tua itu tertatih mendorong sepeda yang juga sudah tua. Dengan mata rabun dan suara parau menjajakan pisang yang kelihatannya tidak enak dimakan. Tapi salahku, tak bisa berbuat lebih selain mengasihani dia di dalam hati. Menyesal, kenapa tak kubeli saja pisang-pisang itu, kan bisa memberinya rezeki. Dan setidaknya dia bisa pulang ke rumah dengan lebih cepat karena tak harus berkeliling lagi mencari pembeli. Ah bapak tua, kapan lagi kita akan bertemu. Aku janji akan membeli pisangmu, meski aku tak suka makan pisang. Bapak tua, siapapun namamu, terima kasih.....aku bisa belajar bersyukur karenamu. Mensyukuri hidup yang selama ini sering kukutuk. Menyadari bahwa Tuhan sangat mencintaiku. Percayalah juga pak, bahwa Tuhan juga mencintai bapak dengan caraNya sendiri. Memberimu ketulusan untuk terus berusaha di usia senja demi orang-o rang yang bapak cintai. Memberimu semangat untuk terus bekerja keras, bukan jadi peminta-minta. Siapapun namamu pak, aku harap kita bisa bertemu lagi.